Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump. (Foto: Getty Images) |
Sebuah rangkaian kabel diplomatik Israel bocor. Ada perintah dari kepemimpinan Israel kepada kedutaan-kedutaan besarnya di luar negeri untuk melobi negara tuan rumah masing-masing agar mendukung Arab Saudi dan upaya nyata untuk mengacaukan Lebanon.
Perintah itu tampaknya merupakan konfirmasi formal pertama mengenai
desas-desus bahwa Israel dan Arab Saudi berkolusi untuk memicu
ketegangan di kawasan tersebut.
Kabel diplomatik itu dikirim oleh Kementerian Luar Negeri Israel dan diungkapkan oleh saluran berita Channel 10 Israel pada Ahad, 5 November 2017.
Kabel tersebut menginstruksikan agar para diplomat menekankan keterlibatan Iran dan Hizbullah dalam “subversi regional”.
Kabel itu menginstruksikan para diplomat Israel untuk menekankan
bahwa pengunduran diri Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri menunjukkan
betapa berbahayanya Iran dan Hizbullah terhadap keamanan Lebanon.
Para diplomat Israel di berbagai ibu kota negara dunia diminta
mendesak “pejabat tertinggi” negara tuan rumah untuk mendesak pengusiran
Hizbullah dari pemerintahan Lebanon.
Atas hal ini, beberapa pengamat telah mencatat bahwa langkah
diplomatik Israel untuk campur tangan secara langsung dalam masalah Arab
yang bersifat internal adalah “sangat langka”.
Pengamat meyakini, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang
mengeluarkan kabel tersebut, mungkin ingin memperoleh keuntungan dari
ketidakpastian di wilayah tersebut.
Perang kata-kata
Kabel tersebut muncul di saat Arab Saudi secara dramatis meningkatkan retorikanya terhadap Iran dan Hizbullah.
Pada hari Kamis, 9 November 2017, Kementerian Luar Negeri Saudi
mengatakan kepada warganya untuk meninggalkan Lebanon segera, setelah
menuduh Hizbullah “menyatakan perang” di negara tersebut.
Langkah itu menyusul pengunduran diri Perdana Menteri Saad Hariri,
seorang politisi yang memiliki hubungan pribadi dan bisnis dekat dengan
Arab Saudi. Bahkan Hariri mengumumkan kemundurannya di Riyadh, bukan di
Beirut, bukan di negaranya sendiri.
Hariri menuduh Iran membangun “negara di dalam sebuah negara” di
Lebanon melalui Hizbullah, sebuah kelompok Syiah yang diwakili di
parlemen dan memiliki sayap militer yang kuat.
Ada kecurigaan kuat bahwa Riyadh memerintahkan Hariri mengundurkan
diri, sebagai cara untuk menghancurkan Lebanon yang memiliki susunan
politik rumit dan rapuh. Lebanon memiliki potensi konflik sektarian yang
tinggi.
Arab Saudi juga telah memasukkan nama Iran dan Hizbullah terlibat
dalam sebuah serangan rudal dari Yaman ke Riyadh pada 4 November, meski
serangan itu diklaim oleh pemberontak Houthi.
Arab Saudi yang berperang besar di Yaman melawan kelompok Houthi,
minoritas Syiah, telah menuduh Iran mendukung dan menyuplai senjata
kepada Houthi.
Menachem Klein, seorang profesor politik di Universitas Bar Ilan,
dekat Tel Aviv, mengatakan, kemungkinan Netanyahu menginginkan kabel
diplomatik tersebut go public.
“Jika Anda mengirim kabel diplomatik dan mulai melobi setiap ibu kota
asing, Anda harus berharap bahwa hal itu tidak akan berlangsung lama,”
katanya kepada Al Jazeera. “Tujuan Netanyahu adalah untuk menjelaskan kepada orang Saudi bahwa dia dapat membantu.”
Profesor Klein mengumpamakan bahwa Netanyahu ingin berkata kepada
Saudi, “Kami memiliki hubungan khusus dengan negara-negara Barat dan
kami dapat membantu Anda memajukan tujuan politik Anda melawan Iran dan
Hizbullah.”
Militer Israel. (YouTube) |
Israel berisiko terseret oleh Arab Saudi
Namun komentator Israel Amos Harel mengatakan, Israel berisiko terseret oleh Arab Saudi dalam sebuah konfrontasi yang tidak perlu dan berbahaya dengan Hizbullah. Ia menggambarkan itu sebagai “usaha ambisius untuk mencapai tatanan regional yang baru”.
Dalam sebuah kolom di harian Haaretz Israel, Daniel Shapiro,
mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel, berpendapat bahwa Saudi
berusaha memindahkan medan perang dari Suriah ke Lebanon, setelah
kegagalan mereka menggulingkan Presiden Suriah Bashar Al-Assad.
Menurutnya, baik Israel maupun Arab Saudi telah turut campur di
Suriah dengan berbagai cara selama perang, dengan tujuan tersembunyi,
yaitu memperlemah pemerintahan Assad dan membantu pasukan pemberontak
yang didominasi oleh Islamic State (ISIS) dan afiliasi Al-Qaeda.
Namun dengan bantuan Rusia, Assad telah menopang pemerintahannya di
sebagian besar negara dalam beberapa bulan terakhir, sementara kubu
besar pemberontak ISIS telah runtuh.
Baik Israel maupun Arab Saudi tidak bisa lebih terlibat langsung di Suriah, mengingat adanya keterlibatan Rusia.
Shapiro memperingatkan Israel untuk mewaspadai upaya Riyadh yang akan
mendorong Tel Aviv secara prematur ke dalam sebuah konfrontasi dengan
Hizbullah, yang dapat dengan cepat meningkat menjadi perang regional.
Israel siap konfrontasi
Pada bulan September ada sebuah pertanda bahwa Israel mungkin sedang
bersiap menghadapi konfrontasi di perbatasan utara. Tentara Israel
mengadakan latihan militer terbesarnya dalam 20 tahun terakhir, yang
mensimulasikan sebuah invasi ke Lebanon.
Hizbullah, bagaimanapun, diasumsikan secara luas sebagai kelompok
yang dipersenjatai puluhan ribu roket dan rudal. Sejauh ini, Hizbullah
telah bertindak sebagai pencegah pengulangan pengeboman Israel dan
invasi ke Lebanon sebagaimana yang terjadi pada 2006.
Namun, Israel dan Arab Saudi tampaknya tertarik untuk memperkuat
aliansi mereka dan mengalihkan perhatian ke Lebanon dan jauh dari
Suriah.
Israel telah meluncurkan lebih dari 100 serangan udara terhadap
pemerintah Suriah dan target militer dalam beberapa tahun terakhir,
sebagian besar dengan alasan mencegah pengiriman teknologi senjata dari
Iran ke Hizbullah.
Sebuah rumah sakit lapangan yang didirikan oleh tentara Israel di
Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, terbukti merawat pejuang
Islam yang terluka dan mengembalikannya ke Suriah, sebagaimana PBB telah
mendokumentasikannya.
PBB juga telah mengamati tentara Israel mengirim “kotak” kepada
pejuang Islam yang secara luas diasumsikan berisi senjata, sebagaimana Haaretz pertama kali melaporkannya pada tahun 2014.
Pembangunan koalisi
Noam Sheizaf, seorang jurnalis Israel mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kabel diplomatik tersebut tampaknya merupakan upaya Israel dalam membangun koalisi dengan Arab Saudi dan sebagian besar negara Teluk.
“Israel memahami bahwa orang-orang Saudi kalah dari Iran di Suriah
dan Yaman, dan sekarang mereka membutuhkan sekutu dengan kekuatan
militer dan diplomatik yang untuk ini, dapat diberikan oleh Israel,”
kata Sheizaf.
Netanyahu menunjukkan banyak hal dalam komentarnya baru-baru ini
ketika dia mengatakan bahwa Israel bekerja “sangat keras” membentuk
sebuah aliansi dengan “negara Sunni modern” untuk melawan Iran.
Sumber: tulisan Jonathan Cook di Al Jazeera
Mi’raj News Agency (MINA)